Jumat, 05 November 2010

Klasifikasi Batuan

Litosfer atau kerak bumi tersusun atas berbagai jenis batuan, baik batuan beku, sedimen maupun metamorfosa.secara rinci jenis batuan dan karakteristiknya dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Batuan Beku
Batuan beku (igneous rock, ignis = api) adalh batuan yang berasal dari makma yang membeku. Batuan ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Batuan Beku Dalam / Batuan Plutonis / Batuan Intrusi
Ciri utama dari batuan beku dalam adalah berstruktur holo kristalin (semua mengkristal0 atau gratis. Semua bahan terdiri dari Kristal-kristal. Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhuberjalan sangat lambat, maka terjadilah pengkristalan yang sempurna. Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar. Acontoh batuan beku dalam adalah :
• Granit, yang terdiri atas kwarsa dan mengandung sejumlah besar feldspar (orthoklas). Granit terdiri dari bermacam-macam mineral yang berbeda-beda warnanya. Oleh karena itu warna dari granit sulit diketahui. Warna granit yang banyak dijumpai adalah : merah, kelabu, putih, dan hijau.
• Dlorit : termasuk asam (felsik). Bataun asam adalah batuan yang kaya akan kwarsa (SiO2). Bataun ini terdiri dari plogioklas, homoblenda (mineral gelap) dan lebih sedikit mengandung silisum dan kalsium dari pada granit.
• Gabro : batuan ini termasuk basa (mafik). Artinya miskin asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya terutama terdiri dari pyroksin dan homoblenda serta sedikit plagioksin. Pada batuan ini banyak mengandung mineral hitam seperti : homblenda, olivine, proksin dan biotin.
• Syenit : kadar asam kisalnya (kwarsa) hamper sama dengan dengan diorite. Mineral pembentuknya adalah soda potash, feldspar, sedikit homblenda, biotit dan augit.
2. Batuan Beku Gang / Celah
Makma yang naik kepermukaan bumi mengalami proses pendinginan yang lebih cepat. Akibatnya pada proses pembekuan dapat terjadi pengkristalan yang kurang sempuran disebut berstruktur porfiris, terdiri dari feldspar, biotit, kwarsa, dan Kristal-kristal kecil yang halus disebut masa dasar (ground massa), sedangkan kristar besar yang terdapat diantara masa dasar disebut fenokris (Kristal sulung).
Lokasi pembekuan makma pada selas-sela lapisan batu-batuan atau pada corong diantrema/ saluran makma yang sedang naik dilapisan kulit / kerak bumi. Contoh : profir Granit, profir, Profir syenit dan Profir Gabro. Keistimewaan batuan beku ini yakni mempunyai susunan mineral yang sama dengan makma asalnya. Teta disuatu tempat tertentu batuan beku gang dapat menjadi lebih asam atau lebi basa dari suatu golongan tertentu.batuan beku gang yang berbutir halus dan kaya akan SiO2 disebut aplit. Sedangkan yang berbutir kasar dan juga kaya akan Sio2 disebut dengan pegmatite. Pada pegamatit kadang-kadang terdapat Kristal feldspar yang panjangnya lebi dari 1 meter.
3. Batuan beku luar /Batuan Ekstrusi /batuan volkanis
Magma yang telah keluar kepermukaan bumi disebut lava. Setelah sampai dipermukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya poses kristalisasi. Kalau pun masih terdapat krisatal itu sangat halus dan sukar dilihat mata telanjang dan sulit sekali dibeda-bedakan. Batuan dengan Kristal mineral halus seperti disebut berstruktur : aphanites atau berstruktur amorf (tidak berbentuk).
Contoh batuan beku luar adalah : rhyolit, andesit, trachit, basalt, obsidian, dan batu apung (purnice). Rhyolit adalah batuan beku luar dari magma granit, andesit merupakan bentuk batuan beku luar dari makma diorite. Basalt merupakan bentuk batuan beku luar dari magma gabro-syenit. Obsidian dan batu apung adalah gelas volkanik bentuk yang terlepas dari magma ketika membeku.
Berdasarkan presentasenya SiO2 9silisium Dioksida), batuan beku digolonkan menjadi :
1. Ultra Basic Ricks (dengan sejumlah SiO2 <45%)
Semua batuan ini mempunyai formasi holo-kristal. Mineral pembentuknya terutama adalah olivine dan piroksin atau secara praktis batuan ini terususun dari mineral silikat. Contoh : Peridottite, Dumite, dan Pyroxenite.
2. Basic Rocks (dengan sejumlah SiO2 antara 45-55%)
Pyroksin dan plagioklas (anortite dan labradorit) adalah mineral utama pembentuk batuan ini, dengan sejumlah kecil homblenda dan olivine, contoh batuan ini adalah gabro, basalt,dan diabas.
3. Igneous Rocks (dengan jumlah SiO2 antara 55-65%)
Jenis batuan ini mineral-mineral yang berwarna terang lebih banyak dari pada yang berwarna gelap. Oleh karennya pada umumnya jenis batuan ini berwarna lebih terang. Contoh batuan ini adalah : Dlorite, Andesit, Porpyhyrite, Syenite, dan Trachite.
4. Acld Rocks (dengan jumlah SiO2 antara 65-75%)
Karekteristik dari batuan ini adalah kadar kwarsanya yang besar dan mengandung sejumlah besar feldspar (orthoklas). Contoh batuan ini adalah : Granit, Liparite (trachyte), pegmatike, Obsidian (gelas Volakanik), Pumice (Batu Apung).

B. Batuan Sedimen
Sebagian besar batuan sendimen, bahan asalnya batuan beku dan sebagian kecil terbentuk dari sisa-sisa organism (kehidupan). Hamper 4/5 permukaan bumi tertutup oleh batuan sendimen(batuan endapan).
Oleh karena pengaruh kekuatan atau tenaga alam terutama tenaga dari luar permukaan bumi, seperti: air,angin,pemanasan dan pendinginan,gelombang dan lain-lain. Batuan beku dapat dapat menjadi lapukdan terpecah-pecahmenjadi bagian-bagian kecil (frakmen) atau terurai berubah menjadi bahan-bahan pembentuknya atau dapat pula berubah menjadi garam-garam yang dapat larut dalam air.
Air,angin,gletser dapat mengangkut bahan-bahan yang telah lapuk atau terurai tersebut dan mengendapkannya di tempat lain yang umumnya di tempat-tempat yang lebih rendah. Dengan demikian secara berturut-turut terjadi proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sendimentasi, kemudian terbentuklah batuan sendimentasi.
Selama proses ini terjadilah seleksi yaitu bahan-bahan yang lebih besar dan berat diendapkan ditempat yang lebih dekat dengan tempat asalnya. Sedangkan yang lebih kecil/halis dan ringan diendapkan lebih jauh. Setelah mengendap material-material tersebut terjadilah sementasi (perekatan) yang biasanya oleh CaCo3 atau SiO2 dan kompaksi (pemadatan), sehingga terbentuk batuan sendimen.
Puing-puing yang besar pada umumnya tetap tinggal dan mengendap di tempat terjadinya pelapukan. Pembentukan sendimen di tempat asal atau di sekitar tempat terjadinya pelapukan disebut “eluvium”, sedangkan pembentukan sendimen yang terjadi di tempat yang jauh dari asal batuan induknya di sebut “alluvium”.
Eluvium menghasilkan endapan atau sendimen “eluvial” contohnya breksi. Sedangkan alluvium menghasilkan endapan “alluvial” contohnya konglomerat, batupasir, batulempung, dan lain-lain. Bagian-bagian yang larut biasanya hanya dapat menjadi batuan sendimen setelah melalui proses yang pelik,yakni proses kimiawi atau proses organis.
Ciri khas batuan sendimen adalah pelapisannya (membentuk lapisan-lapisan),sehingga batuan sendimen disebut juga batuan berlapis (strata=lapisan).
Jenis-jenis Batuan Sendimen:
Menurut proses terbentuknya, batuan sendimen dibagi menjadi : batuan sendimen klastika/mekanis, batuan sendimen kimiawi dan batuan sendimen organis.

a. Batuan Sendimen Klastika
Batuan sendimen klastika yaitu batuan sendimen yang terdiri dari kelompok batuan. Bahan asal dari batuan tersebut (frakmen-frakmennya) terlepas dari batuan induknya karena pengaruh dari batuan mekanis (misalnya benturan, retakan). Frakmen-frakmen yang telah mengendap di suatu tempat, mengalami sementasi dan kompaksi sehingga terikat satu ssama lain,mengeras dan membentuk batuan baru seperti: konglomerat, breksi, batupasir, batulempung dan lain sebagainya. Proses sementasi dan kompeksi ini memakan waktu yang lama.
Sebagai bahan pengikat biasanya terdiri dari kapur asam arang (CaCO3), kwarsa (SiO2) atau limonite (Hidroksida besi = Fe2O4) yang mengendap secara kimiawi di antara hancuran batuan.
Besar kecilnya frakmen yang membentuk batuan sendimen dapat dibedakan menjadi:
- Bongkah-bongkah dengan diameter 2.000 – 200 mm
- Kerikil besar (kerakal) dimeter 200 – 20 mm
- Kerikil halus diameter 20 – 2 mm
- Pasir Kasar diameter 2 – 0,2 mm
- Pasir Halus diameter 0,2 – 0,02 mm
- Geluh / lanau diameter 0,02 – 0,002 mm
- Lempung diameter < 0,002 mm
Sendimen klastika menurut besar kecilnya batuan (frakmen) yang membentuknya dapat dibagi menjadi:
- Psefit : butir-butirnya kasar (kerikil ,konglomerat).
- Psamit : butir-butirnya agak kasar (pasir).
- Pelit : butir-butirnya halus (geluh, lempung)
Pesfit : biasanya terdapat/terjadi pada dinding-dinding di mana terjadi penumpukan puing-puing besar. Contohnya : konglomerat dan breksi.
Konglomerat adalah batuan sendimen klastika yang terdiri dari kumpulan dari batuan-batuan guling (frakmen batuan yang telah menjadi bulat) yang kemudian terikat menjadi satu/tersementasi oleh SiO2 atau CacO3. Batuan konglomerat telah terbawa jauh dari sumbernya(mengalami penggelidingan saat transportasi oleh aliran air).
Breksi adalah batuan sendimen klastika yangterdiri dari kumpulan batuan-batuan yang masih bersudut tajam dan kemudian terikat menjadi satu oleh caCO3 atau SiO2. Batuan breksi berada tidak jauh dari sumber 9batuan induknya, oleh karena itu frakmennya masih bersudut lancip).
Konglomerat atau breksi yang terdiri dari frakmen-frakmen batuan yang sejenis disebut konglomerat atau breksi monomektos (poligomektos), dan bila terdiri dari frakmen-frakmen batuan yang bermacam-macam disebut konglomerat atau polimektos. Kecuali itu bila berasal dari bahan-bahan volkanis di sebut :aglomerat.
Psamit : frakmen yang membentuknya biasanya mengendap jauh dari batuan induknya dan umumnya berlapis-lapis. Contoh ini : batupasir, batulanau dan endapan loss.
Batupasir : sendimen klastika yang merupakan kumpulan dari frakmen-frakmen batuan yang ukuran butiranya antara 2 – 0,02 mm. bila bahan pengikatnya terdiri dari lempung, maka batuannya disebut gravel. Batuan pasir yang mengandung feldspar lebih dari 25 % disebut orkosa. Bila butirnya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) disebut batu gamping atau kalkarin.
Batulanau : kumpulan batuan frakmen yang butir-butirnya paling sdikit 50 % berukuran 0,2 – 0,002 mm yang mengeras dan menjadi batu.
Tanah loess (endapan loess) : endapan ini merupakan endapan debu-debu halus berasal dari padang pasir yang tenaga pengangkutnya angin. Endapan los ini termasuk endapan teristis dan lapisan endapannya sering terdapat lapisan simpang siur.
Pelit : batuan ini terdiri dari frakmen yang halus ( lempung). Yang termasuk batuan ini adalah : batu lempung dan kwarsa.

b. Sendimen Kimiawi
Bahan asal batuan batuan sndimen kimiawi adalah uraian hasil pelapukan batuan beku yang larut dalam air. Kebanyakan terjadi Karena pengikisan air yang kaya akan garam (evaporit) dan konsentrasi-konsentrasi pengendapan.
Umumnya batuan sendimen kimiawi tersusun atas garam-garam yang larut dalam air laut, seperti : NaCl, KCl, MgSO4, CaCo4, CaCO3, dan lain sebagainya.
Contoh batuan sendimen kimiawi adalah:
a. Oolit : batuan yang terdiri dari atsa kumpulan butiran-butiran kecil berdiameter antara 0,5 – 10 mm,yang terjadi karena pengendapan,meliputi seluruh inti, hingga penampangnya Nampak sebagai bangunan yang konsentris. Sendimen ini terjadi pada air yang bergerak cepat.
Macam - macam oolit:
- Oolit gamping
- Oolit besi
- Oolit yang bersifat pesilit.
b. Batu gamping (limestone) : macam- macam batu gamping (kapur) dapat di jelaskan sebagai berikut :
- Limestone : batu kapur yang utama terdiri dari kalsit (CaCO3) yang berbentuk Kristal, yang menunjukan bahwa asalnya dari pengendapan kimia.
- Chalk : batuan kapur yang terdiri atas frakmen-frakmen binatang berkerangka kapur dan tumbuh-tumbuhan.
- Mergel (Marl) : batuan kapur yang terdiri atas campuran CaCO3 dengan tanah liat dan pasir.
- Dolomit : batuan kapur yang terjadi dari batu kapur yang lebih keras dan rumus kimianya CaMg (CO3)2.
- Travertin : endapan kapur di daratan, yang terjadi pada mata air yang mengandung banyak gamping.
c. Garam dapur : Dengan rumus kimia NaCl, berasal dari laut. Untuk terbentuknya endapan garam haruslah terdapat di daerah yang beriklim kering dan terdapat pada cekungan yang terpisah dari laut bebas.

c. Batuan sendimen Organis
Batuan sendimen organis berasal dari larutan-larutan, yang terbentuk karena pemisahan oleh organism (jasad hidup). Dapat dikatakan bahwa semua sendimen organis terdiri atas gamping (CaCO3) atau dolomit  CaMg (CO3). Batuan ini terbentuk oleh longgokan bagian-bagian rangka jasad tumbuhan-tumbuhan atau binatang. Kebanyakan sendimen organis tercampur dengan batuan klastika. Contoh batuan sendimen organis adalah :
Batu gamping (kapur) : batuan endapan yang mengandung lebih dari 90% CaCO3.
Dolomit : batuan endapan yang mengandung lebih dari 90% CaMg (CO3).
Batu gamping dolomitan / dolomit gamping : batuan endapan yang berupa campuran antara dolomit dengan batu kapur.

Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal batuan sendimen, dibedakan menjadi :
1) Batuan sendimen aquatis : batuan sendimen yang di endapkan oleh air. Contoh : gosong pasir disungai, tanah alluvial pada dataran alluvial (alluvial plain), dataran banjir (flood plain), tanggul alam, kipas alluvial, delta dan lain-lain.
2) Batuan sendimen aeris atau Aeolis : batuan sendimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Contoh: tanah loess, gumuk pasir (sand dune).
3) Batuan sendimen glasial : batuan sendimen yang di endapkan oleh tenega es yang mencair atau gletser. Contoh : morena, drumline.

Berdasarkan tempat dimana terjadi pengendapan batuan sendimen ,digolongkan menjadi :
1) Batuan sendimen Teristris : diendapkan di daratan.
2) Batuan sendimen Marine : diendapkan di dasar laut.
3) Batuan sendimen Fluvial : diendapkan di dasar sungai.
4) Batuan sendimen Limnis : diendapkan di dasar danau.
5) Batuan sendimen Glasial : diendapkan di daerah yang pernah mengalami erosi glasial.

C. BATUAN METAMORFOSIS
Batuan metamorposis adalah batuan yang berasal baik dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi, karena pengaruh tenaga alami yakni suhu dan tekanan dalam jangka waktu tertentu (lama).
Perubahan sifat batuan-batuan tersebut dapat terjadi karena proses diagnesis dan metamorphosis. Diagnesis adalah perubahan sifat karena suhu dan tekanan tidak seberapa (ciri/sifat batuan asal masih Nampak), misalnya terjadi konkresi (penyatuan) dapat dimasukkan kedalam golongan ini. Sedangkan metamorphosis adalah suatu sifat perubahan wujud, sehingga bentuk dan susunan dari batuan semula tidak tampak. Metamorposis batuan dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu :
a. Dinamo Metamorfosis
Adalah proses perubahan sifat batuan karena mengalami tekanan (yang lebih dominan). Tekanan ini dapat berasal dari : gerakan magma yang menuju kepermukaan bumi, gerakan lipatan, dann patahan kulit bumi. Contoh batuan metamorphosis adalah :
Gneis : berasal dari batuan granit yang telah mengalami dinamo metamorphosis sehingga berubah sifat fisiknya.
Orthogneis : gneis yang berasal dari batuan beku karena pengaruh tekanan dalam jangka waktu yang lama, granit dapat menyerupai batuan tertentu, sehingga orthogenesis mempunyai lapisan-lapisan yang hamper menyerupai batuan sedimen.
Paragneis : gneis yang berasal dari batuan sedimen (profir granit). Karena pengaruh tekanan yang besar dalam jangka waktu yang lama, batuan sedimen dapat berubah berkristal sehingga menyerupai batuan beku.
b. Kontak Metamorfosis
Kontak Metamorfosis adalah proses perubahan sifat batuan karena mendapat pengaruh dari pemanasan. Biasanya terjadi dari batuan yang sudah ada, kemudian mendapat pemanasan (kontak) dari magma. Kontak metamorphosis dapat dibedakan menjadi :
Kontak Metamorfosis Thermis : Metamorfosis yang disebabkan karena kenaikan suhu. Contohnya : batuan granit.
Kontak Metamorfosa Pneumatholitis : Kontak metamorphosis yang disertai adanya penambahan-penambahan zat-zat baru yang berasal dari gas ke dalam batuan yang mengalami proses metamorphosis.

DANAU

Danau adalah ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau yang luas kadang kala dinamakan laut: misalnya Laut Kaspia dan Laut Aral. Ada banyak sekali tipe danau, dan umumnya dikelompokkan menurut asal usulnya. Sejumlah besar danau di dunia terbentuk oleh gletser dan lembaran es. Beberapa danau terbentuk oleh angin atau air hujan, sedang lainnya aleh gerakan bumi atau kegiatan vulkanik.Danau itu sangat berbeda-beda ukuran dan dalamnya, tergantung pada cara terbentuknya.

Danau Toba merupakan 
contoh danau kaldera
Laut Galilea merupakan contoh 
danau bendungan lava
Danau Tofutsu (Jepang) adalah
danau delta
Danau kawah di Oregon
merupakan contoh danau kawah

Danau yang disebabkan oleh kegiatan vulkanik
  • Danau kaldera terbentuk bila di dalam kaldera atau bagian tengah gunung berapi yang runtuh terkumpul air. Danau ini umumnya bulat dan dalam. Danau Toba di Sumatera adalah suatu danau kaldera.
  • Danau kawah terbentuk bila dalam kawah, atau lubang bulat mirip corong di puncak gunung berapi terkumpul air. Contohnya ialah danau kawah di Oregon ( Amerika Serikat ).
  • Danau bendungan lava terbentuk bila aliran lava gunung berapi menyumbat lembah sungai dan menyebabkan terbentuknya danau. Contohnya adalah Laut Galilea di Timur Tengah.
Danau yang disebabkan oleh pengikisan
  • Danau gletser terbentuk bila gletser dan lembaran es mengeruk permukaan bumi dan membentuk ceruk. Kemudian ceruk ini terisi air dan membentuk danau. Contohnya ialah Danau Leman (Swiss dan Perancis).
  • Danau Lekukan gurun terbentuk di daerah kering tempat angin menghasilkan lekukan. Bila dasar lekuk tersebut mencapai muka air tanah, maka terbentuklah sebuah danau. Contohnya ialah oase gurun di seluruh dunia.
Danau yang dihasilkan oleh sungai dan laut
  • Danau tapal kuda dihasilkan bila sungai yang berkelok-kelok melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda.
  • Danau delta terbentuk di sepanjang pantai yang arus pantainya mengendapkan pasir dan membentuk gosong pasir. Akhirnya, gosong pasir itu sama sekali memisahkan sebagian kecil laut, dan dengan demikian membentuk laguna. Delta-delta terbesar di dunia mempunyai danau delta atau laguna.
Danau yang dihasilkan oleh gerakan bumi
  • Danau sesar terjadi jika persesaran di kerak bumi, maka terbentuklah lekukan atau lembah retak yang kemudian dapat menjadi danau. Contonya ialah Danau Malawi di Lembah Retakan Afrika Timur.

Batuan Beku

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.
Batuan Beku Dalam 
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik. 
  1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.  
  2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
  3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
  4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit
  •  Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
  •  Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. 
  • Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 
Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik. 
Klasifikasi Batuan Beku
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya. Tekstur Batuan Beku Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah: 
  1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf) 
  2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus à hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
  3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
  4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut massa dasar.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:

Deksripsi Beberapa Mineral

1. Emas, Au

Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat
Sistem Kristal : Isometrik
Warna : Kuning – Emas
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan
ujung yang tajam ).
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat jenis : 19,3
Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.
Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.



2. Perak, Ag
Tempat ditemukan : Irian Jaya
Sistem Kristal : Isometrik.
Warna : Putih – Perak
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
Belahan dan Pecahan : Tak – ada
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 10,5.
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineral- mineral nikel-kobalt.
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.

3. Tembaga, Cu
Tempat ditemukan : Timor , NTT
Sistem cristal : isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 8,94.
Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ.
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel).

4. Sulfur, S
Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Kuning sampai coklat kekuningan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata.
Kekerasan : 1,5 – 2,5.
Berat jenis : 2,07.
Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan-batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gipsum dan batugamping.
Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industri tekstil, kulit, kertas, cat, pencelupan dan penggilingan minyak.

5. Bismut, Bi
Tempat Ditemukan : -
Sistem Cristal : Trigonal .
Warna : Putih perak dan corak kemerahan.
Goresan : putih – perak berkilau.
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ).
Kekerasan : 2 – 2,5.
Berat jenis : 9,7 -9,8.
Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit.
Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik.,


6. Grafit, C
Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
Sistem Cristal : Heksagonal .
Warna : Hitam.
Goresan : Hitam.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
Kekerasan : 1 – 2.
Berat jenis : 2,09 – 2,23.
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.

7. Intan, C
Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan
Sistem Cristal : isometrik.
Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam.
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
Kekerasan : 10
Berat jenis : 3,50
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.


8. Bornit , Cu5FeS5
Tempat Ditemukan : Irian Jaya
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan bila permukaannya segar, yang cepat berubah menjadi pudar sampai keunguan.
Goresan : Hitam keabuan.
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 5,06 – 5,08
Genesis : Ternentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat-urat kuarsa.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.


9. Galena, PbS
Tempat Ditemukan : S.Tuboh, Palembang
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : abu – abu timbal
Goresan : abu – abu timbal
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.
Kekerasan : 2,5
Berat jenis : 7,58
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).


10. Sfalerit, ( Zn,Fe)S
Tempat Ditemukan : Plered, Karawang Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : Kuning, cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih sampai kunung terang dan cokelat.
Belahan dan pecahan : ( 110 ) sempurna.
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 3,9 – 4,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, terdapat urat-urat dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, dam magnetit. Dapat pula dijumpai dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam seng. Selain itu dapat pula menjadi sumber kadmium (Cd), indium (In), galium (Ga) dan germanium (Ge)

11. Khalkopirit
Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : kuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 4,1 – 4,3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.


12. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4
Tempat Ditemukan : Padamarang, Sulawesi.
Sistem Cristal : isometrik .
Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan
Goresan : coklat gelap
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata
Kekerasan : 5,5
Berat jenis : 5,09
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada lingkungan redimen, yaitu terdapat dalam pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom



13. Realgar, AsS
Tempat Ditemukan : Salapa, TasikMalaya Jawa Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Merah-ungu
Goresan : Merah sampai jingga
Belahan dan pecahan : {010}baik ; {101},{100} dan {120} miskin
Kekerasan : 1,5 - 2
Berat jenis : 3,56
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral arsenik lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, atau sebagai deposit mata air panas.
Manfaat : Sumber logam arsen.

14. Stibnit, Sb2S3
Tempat Ditemukan : Sambas, Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2
Berat jenis : 4,52 – 4,63
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering berasosiasi dengan realgar, orpiment, galena, markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimon


15. Arsenopirit, FeAsS
Tempat Ditemukan : Jerman
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja
Goresan : Hitam keabuan
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata
Kekerasan : 5,5, - 6
Berat jenis : 6,07
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga, galena ,sfalerit, pirit, dan khalkopirit. Dijumpai juga dalam urat-urat kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam batugamping kristalin.
Manfaat : Sumber utama logam arsen

16. Korundum, Al2O3
Tempat Ditemukan : Peeks Hill, New York
Sistem Cristal : Heksagonal
Warna : Biru (safir, merah muda sampai merah-darah (rubi), juga kuning, coklat-kuning, hijau, merah lembayung sampai lembayung ; dapat juga tak berwarna.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : tak ada
Kekerasan : 9
Berat jenis : 4,0 – 4,1
Genesis : Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam batugamping kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku, khususnya sienit dan sienit nefelin ; dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan sedimen – yaitu dalam pasir, kerikil-kerakal di sungai. Sering berasosiasi dengan khlorit, mika, olivin, serpentin, magnetit, spinel, kianit, dan diaspor.
Manfaat : Dibuat batupermata dan pengasah.

17. Hematit, Fe2O3
Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat
Sistem Cristal : Heksagonal.
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai hitam.
Goresan : Merah atau coklat kemerahan
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 5,26
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme kontak; juga dalam lingkungan sedimen.
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat batupermata.

18. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : Tak-ada
Kekerasan : 5 – 6
Berat jenis : 4,71
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil pelapukan silikat atau karbonat mengandung mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam lempung, dan dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat : Sumber logam mangan.


19. Pirolusit, MnO2
Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat
Sistem Cristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu-besi, Madang-kadang kebiruan.
Goresan : hitam
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)
Berat jenis : 4,75
Genesis : terbentuk pada lingkungan redimen oksidat; sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau depoisit laut dangkal; pada mintakat oksidasi dari statu deposit bijih, atau batuan yang mengandung mangan.
Manfaat : sumber logam mangan

20. Kasiterit, SnO2
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7
Berat jenis : 6,8 – 7,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses metamorfisme yang secara genetic berhubungan dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li, bismulinit, bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )

21. Manganit, MnO(OH)
Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 4,33
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan.

22. Fluorit, CaF2
Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, putih, abu-abu, biru-langit, hitam keniruan, atau coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {111} sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 3,18
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagi mineral utama maupun sebagai mineral geng bersama mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, gelas, Kaca-serat ( fiberglass ) dan tembikar.

23. Kalsit , CaCo3
Tempat Ditemukan : Kliripan, Yogyakarta
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, sering diwarnai oleh warna abu-abu, merah, hijau, biru, kuning, bahan coklat sampai hitam bila tidak murni.
Goresan : Putih sampai keabuan.
Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 2,71
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf dan melalui proses hidrotermal. Merupakan mineral utama dalam batugamping, atau pulam/marmer (marble). Dapat juga diendapkan di sekitar/di sekeliling mata air, atau aliran air, berupa travertin, tufa, atau sinter-gamping.
Manfaat : Kalsit merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah tanah.

24. Magnesit, MgCO3
Tempat Ditemukan : Lalangsilawo, Sulawesi
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, putih-keabuan, dan kekuningan sampai coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 5
Berat jenis : 3,0 – 3,2
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen ; secara hidrotermal, sehingga terdapat dalam urat-urat, atau sebagai hasil ubahan pada batuan yang banyak mengandung silikat kalsium (serpentin, olivin, dan piroksen) yang disebabkan oleh air karbonat.
Manfaat : Sumber senyawa MgO yang digunakan dalam pembuatan batubara tahan api, industri kimia, dan sebagai sumber logam magnesium.


25. Siderit, FeCO3
Tempat Ditemukan : Antigonis, Nova Scotia
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Coklat kekuningan dan coklat keabuan sampai coklat dan coklat kemerahan, dapat juga abu-abu, abu-abu kekuningan , atau abu-abu kehijauan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}.
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,96 untuk FeCO3 murni, dan menjadi rendah dengan hadirnya Mn2+ dan Mg.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan terdapat sebagai lapisan-lapisan yang sering berasosiasi dengan lapisan lempung, serpih, atau batubara. Dapat pula terbentuk melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, atau terbentuk sebagai pegmatit. Sering berasosiasi dengan bijih-bijih metal yang mengandung mineral-mineral perak seperti pirit, khalkopirit, tetrahedrit, dan galena.
Manfaat : Sumber logam besi


26. Dolomit, CaMg(CO3)2
Tempat Ditemukan : Essex.Co, New York
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dengan semakin meningkatnya kadar Fe2+, dapat juga merah muda, atau merah-mawar
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 2,85.
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melaluia proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa dan mineral-mineral bijih metalik. Dapat juga terbentuk secara metamorfisme.
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu hias.


27. Witerit, BaCO3
Tempat Ditemukan : Inggris
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai seperti susu, putih, atau keabuan, dapat juga berwarna kuning, coklat, atau hijau.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Jelas pada {010}
Kekerasan : 2 – 3,5
Berat jenis : 4,3
Genesis : Witerit adalah mineral yang jarang, terbentuk secara, hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat bersama barit dan galena.
Manfaat : Sumber minor unsur barium.


28. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hijau cemerlang.
Goresan : Hijau pucat.
Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,9 – 4,03
Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder, umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada derah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi dengan azurit, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola, dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau seng, dan lainnya.
Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga, digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata.


29. Barit, BaSO4
Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 4,5
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa
Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboranminyak bumi dan gas.


30. Anhidrit, CaSO4
Tempat Ditemukan : Nants, Nova Scotia
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai kebiruan atau lembayung (violet), kadangkala abu-abu sampai abu-abu gelap.
Goresan : Putih sampai putihkeabuan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna,{100} hampir sempurna dan {001} baik.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 2,89 – 2,98
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan sering berasosiasi dengan gipsum, batugamping, dolomit, dan garam-garam. Dapat juga terbentuk melalui proses hidrotermal, dan terdapat sebagai mineral geng dalam urat-urat metaliferus.
Manfaat : Sebagai pembenah tanah dan van untuk membuat semen Pórtland.

31. Gipsum, CaSO42H2O
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu-abu,dan kekuningan bila masiv.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,32
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-urat metalik sebagai mineral geng.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai pembenah tanah dan pupuk.


32. Wolframit, (Fe, Mn)WO4
Tempat Ditemukan : Pengan, Bangka
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam-kecoklatan sampai hitam besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna.
Kekerasan : 4 – 4,5
Berat jenis : 7,1 – 7,5 ; membesar seiring dengan naiknya kandungan Fe.

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan pegmatit yang berasosiasi dengan batuan intrusif granitik ; hidrotermal temperatur tinggi, dijumpai dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, khalkosit, dan bismutinit. Dapat pula terdapat dalam deposit metamorfisme kontak dan deposit alluvial.
Manfaat : Sumber utama Logam tungsten ( wolfram ).


33. Monasit, (Ce, La, Y, Th)PO4
Tempat Ditemukan : Transvall, Afrika Selatan.
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : kekuningan, atau coklat kemerahan sampai coklat.
Goresan : hampir putih.
Belahan dan pecahan : {100} jelas.
Kekerasan : 5-5,5.
Berat jenis : 4,6-5,4.
Radioactivitas : Radioaktif.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, yaitu sebagai mineral asesori dalam granit, sienit ; pada lingkungan pegmatit, dan sebagai mineral rombakan berbentuk pasir dalam lingkungan redimen.berasosiasi dengan zirkon, xenotim, magnetit, apatit, ilmenit, rutil dan kolumbit.
Manfaat : Sumber torium ( Th, eleven radioaktif ) dan torium oksida.


34. Kuarsa, SiO2
Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna karena pengotoran.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 7
Berat jenis : 2,65
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.
Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan optik.


35. Opal, SiO2.nH2O
Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Tak-ada.
Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, atau merah, yangbiasanya disebabkan oleh kotoran berbutir halus.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 2,0 – 2,2
Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea dari sekresinya yang berupa silica.
Manfaat : Dibuat batupermata, sedangkan diatomit digunakan untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan isolator.


36. Nef elin, (Na, K)AlSiO4
Tempat Ditemukan : New York
Sistem Cristal : Hexagonal.
Warna : Tak berwarna sampai putih, terkadang abu-abu, coklat, kehijauan, kemerahan, atau kekuningan.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {10 10} jelas.
Kekerasan : 6
Berat jenis : 2,55-2,65
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku plutonio dan Vulkanik, juga dalam pegmatit yang berasosiasi dengan sienit nefelin.
Manfaat : Nefelin bebas besi (nefelin murni) digunakan dalam pembuatan gelas dan keramik, juga dalam industri kulit, textil, kayu, karet dan minyak.

37. Kaolinit, Al4Si4O10(OH)8
Tempat Ditemukan : Flores, NTT
Sistem Cristal : Triklin.
Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena pengotoran.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa karena berukuran Sangat kecil.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,6
Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit.
Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi.

38. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada lembaran tipis.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} sempurna.
Kekerasan : 2-2,5
Berat jenis : 2,8-2,9
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit ( dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), ata upada lingkungan redimen.
Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, yertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas.


39. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat.
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap, tak berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, dan biru untuk varitas yang mengandung litium.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal.
Kekerasan : 7-7,5
Berat jenis : 3,0-3,2. ; membesar seiring dengan bertambahnya Fe
Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam pegmatit granit.dijumpai juga sebagai mineral asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi.
Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industri sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.


40. Olivin, (Mg,Fe)2SiO4
Tempat Ditemukan : Cipanas, Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Biasanya hijau-pudar (olive-green), dapat juga putih dan cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih atau abu-abu.
Belahan dan pecahan : {010} tak jelas ; konkoidal.
Kekerasan : 6,5-7
Berat jenis : 3,27-4,37
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya dalam lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.Dapat menjadi penyusun utama dalam batuan beku ultrapasa, yaitu dunit.
Manfaat : Dibuat batupermata, khususnya varitas hijau cerah- disebut juga peridot, dan dibuat pasir refraktori yang dipakai dalam industri pengecoran.

Siklus Hidrologi

Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai, atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi. Siklus ini merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan mengangkut uap air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan berkumpul membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan berubah menjadi hujan.


Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus yang baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang untuk mencapai laut.
Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ? Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai. Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daunnya kembali ke atmosfer. Proses ini disebut transpirasi.
Apabila hujan jatuh di daerah beriklim dingin, airnya tidak langsung meresap ke dalam tanah atau mengalir sebagai run off, atau menguap. Air tersebut akan menjadi salju atau es, yang merupakan cadangan air yang cukup besar di daratan. Apabila salju atau es ini mencair, dapat menyebabkan naiknya muka air laut dan menggenangi daerah pantai.
Meskipun jumlah uap air di bumi waktu tertentu sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total suplai air di bumi, tetapi jumlah absolut dalam siklus yang melalui atmosfer setiap tahunnya sangat besar, kira-kira 380.000 km3, jumlah yang cukup untuk menutupi permukaan bumi sampai kedalaman sekitar satu meter. Karena jumlah total dari uap air di atmosfer kira-kira tetap sama, maka curah hujan tahunan rata-rata di permukaan bumi harus sama dengan jumlah air yang menguap. Tetapi untuk semua daratan, jumlah curah hujan lebih banyak daripada penguapan, sebaliknya di laut, jumlah penguapan lebih banyak daripada curah hujannya. Karena muka air laut tidak mengalami penurunan, maka curah hujan di daratan sebanding dengan penguapan di laut.
Siklus hidrologi menggambarkan gerakan air yang terus menerus dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke daratan, dan dari daratan kembali ke laut.

Air Yang Mengalir Di Permukaan
Diantara proses geologi, air yang mengalir merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Manusia tergantung pada sungai sebagai sumber energi, transportasi dan irigasi; dan dataran sungai yang subur merupakan tempat yang paling baik untuk tempat tinggal manusia sejak dulu kala. Sebagai agen yang dominan untuk merubah bentang alam, aliran air telah membentuk lingkungan fisik manusia.
Meskipun manusia sangat tergantung pada air yang mengalir, tetapi tidak pernah mengetahui sumber air tersebut. Hal ini berlangsung sampai pada abad ke 16 ketika manusia menyadari bahwa air berasal dari aliran permukaan dan airtanah, yang keduanya bersumber dari air hujan dan salju. Air permukaan yang mengalir akan terkumpul pada torehan-torehan kecil, yang akhirnya sampai ke sungai. Ada dua istilah yang sering digunakan untuk aliran air permukaan yang terkumpul ini, yaitu stream dan river. Walaupun keduanya mempunyai pengertian yang sama, stream digunakan untuk sungai dalam segala ukuran, dari torehan kecil sampai yang berukuran seperti Amazone, sedangkan river digunakan untuk sungai utama yang mempunyai banyak cabang.

Aliran Air Sungai (streamflow)
Air yang mengalir menuju ke laut sangat dipengaruhi oleh gravitasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laut tergantung pada kecepatan aliran, yang merupakan jarak yang ditempuh oleh aliran air dalam satuan waktu tertentu. Ada sungai yang mempunyai kecepatan aliran hanya 0,8 km/jam dan adapula yang sangat cepat sampai 30 km/jam. Kecepatan biasanya diukur pada beberapa lokasi memotong saluran sungai yang kemudian dirata-ratakan. Pada saluran yang tegak lurus, kecepatan terbesar terdapat di tengah saluran sedikit dibawah permukaan, dimana terdapat tahanan yang terkecil. Tetapi pada sungai yang berkelok, kecepatan maksimum terdapat pada bagian luar kelokan.
Kemampuan sungai untuk mengerosi dan mentransport material berhubungan langsung dengan kecepatan aliran, jadi kecepatan merupakan ciri yang paling penting. Variasi kecepatan aliran akan berhubungan langsung dengan perubahan material sedimen yang ditransport oleh air. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran yang tentunya juga mengontrol jumlah erosi oleh sungai. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kemiringan Sungai
2. Bentuk, ukuran dan kekasaran dari dasar saluran
3. Debit sungai

Faktor yang terutama mengontrol kecepatan aliran sungai adalah gradient atau kemiringan lereng sungai. Gradien sungai dinyatakan dengan perbandingan beda tinggi dengan jarak atau panjang mendatar dari sungai. Gradien sungai sangat bervariasi antara satu sungai dengan yang lainnya. Semakin besar gradien antar satu sungai semakin besar kecepatan alirannya. Jika kedua sungai yang mempunyai karakteristik sama kecuali gradiennya, maka sungai yang mempunyai gradien lebih besar akan mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar pula.
Bentuk penampang melintang saluran menentukan jumlah air yang bersentuhan dengan saluran dan ini akan mempengaruhi tahanan gesernya. Saluran yang paling efisien adalah yang mempunyai perimeter yang paling kecil. Meskipun luas penampang dari ketiga saluran tersebut sama, tetapi bentuk saluran yang setengah lingkaran mempunyai persentuhan air dengan saluran paling kecil, sehingga mempunyai tahanan geser yang paling kecil. Jadi apabila faktor lain dari ketiga saluran tersebut sama, maka air akan mengalir lebih cepat dalam saluran setengah lingkaran.
Ukuran dan kekasaran dasar saluran berpengaruh juga terhadap besarnya tahanan saluran. Bila ukuran saluarn bertambah, maka perbandingan perimeter dengan penampang melintang saluran akan berkurang, sehingga efisiensi aliran bertambah besar. Efek dari kekasaran dasar saluran berpengaruh terhadap macam aliran dalam saluran. Bila salurannya halus akan menghasilkan aliran seragam (uniform flows), sedang bila dasar saluran kasar, seperti misalnya banyak bolder, akan menghasilkan aliran turbulen.
Debit (discharge) sungai adalah jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan waktu tertentu, biasanya diukur dengan meter kubik per detik. Debit sungai biasanya diperoleh dari perkalian antara luas penampang melintang saluran dengan kecepatan alirannya.
Debit sungai selalu berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh curah hujan dan pencairan salju yang tidak selalu tetap. Jika debit sungai berubah, maka faktor-faktor yang berpengaruhpun akan mengalami perubahan. Bila debit bertambah, maka lebar dan kedalaman dari saluran akan bertambah besar atau air mengalir lebih cepat. Dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah air yang mengalir, maka lebar, kedalaman dan kecepatan akan meningkat pula. Jadi untuk mengimbangi peningkatan debitnya, sungai akan mengalami proses pelebaran dan pendalaman saluran sungai.

Perubahan Sungai Ke Arah Hilir (downstream)
Salah satu jalan untuk mempelajari suatu sungai adalah penampang memanjang sungai (longitudinal profile). Profil ini menggambarkan penampang sungai mulai dari bagian hulu (head atau headwater) sampai ke muara sungai. Kenampakan utama dari tipe profil memanjang sungai adalah penurunan gradien sungai dari hulu ke muara. Secara umum bentuk penampang tersebut adalah busur yang cekung ke atas.
Ada hubungan terbalik antara gradien dan debit sungai. Bial kemiringan sungai besar, maka debitnya kecil, dan bila debit besar maka gradien sungai kecil. Atau bisa dikatakan bahwa di bagian hulu sungai dapat mempunyai kecepatan yang besar walaupun kemiringannya kecil, karena debit yang besar, saluran yang lebar dan dasar sungai yang relatif halus.

Bidang Datum (Base Level) & Keseimbangan Sungai (Graded Stream)
Satu hal yang penting yang mengontrol aliran sungai adalah bidang datum (base level), yang merupakan titik terendah dimana aliran air dapat melakukan erosi (pengikisan). Dua tipe umum dari base level, muka air laut (sea level) yang disebut ultimata base level, yang merupakan batas terendah dari proses erosi oleh sungai, dan temporary atau lokal base level, yang ditunjukkan oleh danau. Batuan yang resisten, dan sungai utama, yang merupakan base level bagi cabang-cabang sungainya.
Sungai selalu akan menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang terjadi. Pada suatu kondisi tertentu sungai akan berada pada suatu keadaan dimana sungai tidak melakukan proses erosi ataupun deposisi. Sungai pada kondisi demikian disebut dalam kondisi kesetimbangan atau graded stream.

Proses Yang Dilakukan Oleh Aliran Air Di Sungai
Proses yang dilakukan oleh sungai adalah erosi, transportasi dan pengendapan. Proses tersebut berjalan bersama-sama pada setiap sungai, walaupun di bawah ini akan dibahas satu persatu.

1. Proses Pengikisan (erosi)
Meskipun sebagian besar material yang diangkut oleh sungai berasal dari material yang diangkut oleh air tanah, aliran air permukaan dan mass wasting, sungai juga menambah jumlah angkutannya dengan mengerosi batuan yang dilaluinya. Bila batuan yang dilalui sangat kompak (bedrock), maka proses erosi dilakukan dengan cara abrasi yang dilakukan oleh material sedimen yang diangkut oleh air. Material yang berukuran kasar biasanya dilepas dari batuannya dengan melakukan pengeboran oleh air pada dasar saluran yang disebut potholes. Tetapi bila batuannya tidak kompak (lepas), maka pengikisan dilakukan oleh air sendiri.

2. Proses Pengangkutan (transportasi)
Sungai akan mengangkut material hasil erosinya dengan cara pelarutan (dissolved load), suspensi (suspended load) dan sepanjang dasar saluran (bed load).
Material terlarut diangkut ke sungai oleh air tanah dan sebagian kecil berasal dari batuan yang mudah larut sepanjang sungai. Jumlah material yang terlarut sangat bervariasi dan sangat tergantung pada iklim dan kondisi geologinya.
Kebanyakan sungai mengankut material hasil erosinya dengan suspensi. Material yang diangkut dengan cara suspensi ini umumnya berukuran pasir halus, lanau dan lempung. Pada waktu banjir, material yang ukurannya besar dapat juga diangkut dengan cara suspensi. Juga pada waktu banjir material suspensi akan meningkat jumlahnya.
Banyak juga material sungai yang ukurannya terlalu besar untuk diangkut dengan cara suspensi. Material kasar ini akan bergerak pada dasar sungai sebagai bedload. Material ini mengerosi dasar sungai, sehingga sungai menjadi bertambah dalam.
Material bedload bergerak sepanjang dasar sungai dengan cara menggelinding (rolling), meluncur (sliding) dan meloncat (saltasi). Sedimen yang bergerak dengan saltasi akan meloncat sepanjang dasar sungai. Hal ini terjadi karena material tersebut ditabrak oleh sedimen yang diangkut sehingga akan terangkat dan akan turun kembali ke dasar karena gaya beratnya. Sedimen yang terlalu besar untuk bergerak.
Tidak seperti sedimen suspensi dan terlarut yang bergerak tetap pada sungai, sedimen bedload hanya bergerak apabila kekuatan air cukup besar untuk menggerakannnya. Sedimen bedload sangat sulit diukur, karena terjadi pada waktu banjir.
Kemampuan sungai untuk mengangkut material hasil erosinya diukur dengan dua kriteria. Yang pertama, kompetensi sungai, yaitu ukuran maksimum dari sedimen yang dapat diangkut. Kompetensi sungai sangat tergantung pada kecepatan aliran sungai. Jika kecepatan aliran sungai meningkat dua kali lipat, maka gaya impak yang dilakukan oleh air akan meningkat sampai empat kali. Jika kecepatan meningkat sampai tiga kali lipat, maka gaya impak dari air akan meningkat sampai sembilan kali. Jadi pada kecepatan yang rendah, bolder akan tetap diam, dan akan bergerak pada waktu banjir ketika kecepatan aliran meningkat. Yang kedua, kapasitas sungai, yaitu jumlah maksimum sedimen yang mampu diangkut oleh aliran sungai. Kapasitas sungai sangat berhubungan dengan debit sungai. Semakin besar debit sungai, semakin besar juga jumlah sedimen yang dapat diangkut.

3. Proses Pengendapan
Ketika kecepatan sungai menurun, maka kompetensi sungai juga menurun. Akibatnya, sedimen suspensi akan mulai mengendap. Endapan sedimen ini disebut dengan aluvial. Meskipun sebagian sedimen terendapkan sementara di sungai, sebagian lainnya akan mencapai laut. Bila sungai mencapai tubuh air yang tetap seperti laut atau danau, kecepatannya menurun dengan cepat, dan akan mengendapkan sedimen yang diangkutnya di mulut sungai yang disebut delta. Sedimen halus yang berukuran lanau dan lempung akan terendapkan agak jauh dari muara sungai dengan membentuk lapisan yang hampir mendatar yang disebut lapisan bottomset. Kelanjutan dari lapisan bottomset, mulai terendapkan lapisan foreset. Lapisan ini disusun oleh sedimen kasar, yang diendapkan begitu aliran mancapai laut atau danau, membentuk lapisan yang miring. Lapisan foreset biasanya ditutupi oleh lapisan mendatar yang tipis yang terbentuk pada waktu banjir yang disebut topset. Pertumbuhan dari delta menyebabkan gradien sungai akan mengalami penurunan, sehingga sungai mencari jalan yang lebih pendek untuk mencapai base level. Akibatnya delta akan berkembang membentuk segitiga seperti huruf Yunani delta. Itulah sebabnya endapan di muara sungai ini disebut delta.
Sungai-sungai besar seperti Nil, Mississippi dan Mahakam membentuk delta yang telah berkembang mulai jutaan tahun yang lalu sehingga membentuk delta yang sangat luas. Selain itu sungai utama membaginya menjadi beberapa saluran yang disebut distributaries, kenampakan yang terlihat pada delta yang besar.
Meskipun delta sering terbentuk pada sungai besar, tidak semua sungai besar dapat membentuk delta. Sedimen yang besar jumlahnya, oleh kekuatan arus dan ombak disekitar muara sungai akan disebarkan kembali begitu diendapkan di muara. Kadang-kadang sungai besar juga tidak mengangkut sedimen dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk delta.
Kipas aluvial (aluvial fan) adalah endapan sungai yang bentuknya seperti delta yang terbentuk di daratan. Sungai-sungai yang mengalir di gunung, setelah mencapai dataran, gradien sungai akan turun dengan drastis, sehingga akan mengendapkan material yang diangkutnya. Biasanya material kasar diendapkan dekat kemiringan lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran.
Sungai yang lebar dengan lembah yang datar, kadang-kadang membentuk tanggul alam (natural level), merupakan endapan yang sejajar lembah. Tangggul alam ini dibentuk oleh endapan banjir yang terjadi secara periodik selama bertahun-tahun. Ketika banjir, air sungai akan melewati tebing sungai dan kecepatan menurun drastis, sehingga akan meninggalkan endapan sedimen kasar pada tepi sungai. Ketika air melimpah, sedimen halus terendapkan di dasar lembah. Penyebaran sedimen yang tidak merata ini akan membentuk kemiringan yang landai dari tanggul alam. Daerah di belakang tanggul alam dicirikan oleh drainase yang jelek dan air tidak dapat mengalir kembali ke sungai, sehingga terbentuk rawa-rawa yang disebut back swamp. Cabang-cabang sungai yang terbentuk sejajar dengan sungai utama dan memotong tanggul alam disebut dengan yazzo tributaries.

Siklus Batuan

Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari.

Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan dan mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, proses erosi mentansportasikan regolit dan kemudian mengendapkannya sebagai sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun dan mengalami kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen. Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan kerak Bumi menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi. Penimbunan yang lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh membentuk magma yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru. Pada berbagai tahap siklus batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan sehingga batuan tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus batuan ini akan terus berlanjut tanpa henti.

Dari kesimpulan diatas, jika kita hubungkan siklus batuan dengan sedimentologi, maka batua sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri

Digitasi Peta Dengan Mapinfo

Dijitasi peta ( map info tutorial )

DIGITASI PETA
KONSEP-KONSEP DIGITASI
Program MapInfo dapat mengenal beberapa jenis file yang dibuat dengan program software lainnya, antara lain:
1. Microsoft Access Database (*.mdb)
2. dBase (*.DBF)
3. Lotus 1-2-3 (*.wk, *.wks, *wk1, *.wk2, *.wk3, *.wk4)
4 Microsoft Excel (*.xls)
5 Workspace (*.wor)
6 Raster Image (*.bmp, *.gif, *.jpeg, *.tiff)
7 ESRI (R) shapefile (*.shp) hanya bisa langsung dibuka pada MapInfo 7, versi sebelumnya harus diconvert dulu di ArcView
8 Delimited ASCII (*.text)
• (* = nama file)
.
Dengan demikian, pengolahan data grafis pada MapInfo dapat diintegrasikan dengan data yang telah dibuat dengan program perangkat lunak (software) komputer lainnya. Ketika MapInfo membuka file yang dikerjakan dengan format lain, program ini otomatis akan membuat file (pada MapInfo dinamakan Table) baru dengan akhiran *.tab. Jika sebuah file non-MapInfo telah dibuka sebelumnya dan ditutup, maka ketika membuka file itu lagi
Akan muncul pertanyaan bahwa file sudah ada (file already exists) dan apakah akan di overwrite atau tidak.
Menu perintah yang ada pada program MapInfo, terdiri atas :
• File: digunakan untuk membuka, menutup Table, Workspace, Save dan Copy Table as, Save Query, Save Workspace, Page setup, Print atau Run MapBasic Program
• Edit: Menu Edit didunakan untuk undo, copy, paste, cut, clear, clear map objects only, reshape dan get info
• Tools: Merupakan menu untuk mempermudah proses digitasi, entri data dan analisis data.
• Objects: merupakan menu yang berhubungan dengan objects yang dibuat dalam program MapInfo
• Query: merupakan menu perintah untuk mendapatkan, memilih data serta melakukan analisis statistika dari data yang ada pada basisdata.
• Table: Menu untuk melakukan update colomn, row, Geocode, create points, import dan export file, maintenance dan manipulasi data raster
• Options: menu perintah untuk manipulasi style dari line, region, simbol, text, serta toolbars dll.
• Map: merupakan menu utama dalam pengelolaan Layer control, pembuatan peta 3 D, peta tematik, memodifikasi peta tematik, membuat legenda peta, merobah tampilan dan skala peta, menyimpan dan menghapus cosmetics layer dan object, seting digitizer, region dan option
• Window: merupakan menu untuk mengelola penampilan jendela kerja
• Help: menu pertolongan untuk lebih memahami referensi fungsi-fungsi dalam program MapInfo.
Sedangkan icon yang terdapat dalam toolbars, biasanya diset secara ‘default’ floating di sebelah kanan atau kiri windows dan bisa dipindahkan ke window sebelah atas dengan cara: klik options pada menu, pilih toolbars dan tandai kotak show serta save secara default atau dihilangkan.
Menu shortcut toolbars terdiri dari: (1) standar, (2) main, (3) drawing dan (4) tools seperti terlihat dalam Gambar 14. Menu shortcut icon standar mempunyai fungsi untuk membuat file baru (new), membuka table (open), menyimpan (save), mencetak (print), memotong (cut), copy, paste, undo, membuat: peta baru (new mapper), grafik baru (new grapher), layout baru, new redistricter new browser dan help.
Icon main berguna untuk mengedit peta dan terdiri atas: select (tanda panah) untuk memilih object yang akan atau telah dibuat untuk analisis dan mengedit sebuah peta, layout atau browser, marquee, radius, boundary, zoom-in, zoom-out, change view, grabber, info, label, layer control, ruler, legend, assign select objects, set target district from map, drag map window, clip region on dan set clip region. Fungsi-fungsi icon ini yang lengkap dapat dibaca di dalam file help menu (Gambar 15).
Digitasi Peta (Drawing)
Sebelum mulai digitasi, perlu diketahui ‘icon’ untuk digitasi yaitu dari toolbars drawing (Menggambar) dibawah ini.
Draw symbol digunakan untuk membuat simbol-simbol pada peta: seperto arah mata angin (tanda panah keatas untuk arah Utara), gambar segitiga untuk gunung, mesjid, tempat rekreasi dll.
Draw line: digunakan untuk digitasi garis yang menghubungi 2 titik
Draw polyline: digitasi garis yang menghubungi banyak titik, gunanya untuk membuat batas administrasi, sungai, jalan dll.
Draw polygon: digitasi area dengan bentuk bebas, yang mempunyai satu kesamaan data
Draw Reshape: memperbaiki bentuk polygon atau polyline yang telah dibuat
Draw Arc: digitasi garis lengkung
Draw Frame: digitasi bingkai (baru aktif dalam keadaan membuat layout peta)
Line style: merobah tampilan garish
Polygon style: merobah tampilan polygon
Catatan:
Setelah selesai membuat satu jenis layer misal: garis batas, garis sungai, jalan, polygon dll, sebaiknya disimpan dalam sebuah table / file baru, agar data spasial tersusun dan terstuktur dengan rapi. Adapun data yang berbentuk text juga dipisahkan dalam table tersendiri. Disarankan untuk membuat nama table yang mudah dimengerti dan sesuai dengan data yang dibuat. Contoh: Sumbar_line.tab : ini adalah file yang berisikan data garis batas: Sumbar_polykab.tab : untuk file polygon dari satu kabupaten.
Jika dalam pembuatan polygon ataupun polyline terdapat kesalahan, maka dapat dilakukan perbaikan dengan cara: klik tanda panah (pointer), klik objek yang akan diedit, klik icon reshape, akan muncul titik-titik yang banyak didalam polygon/polyline, kemudian dapat dilakukan perbaikan dengan cara menarik garis atau titik yang melenceng itu kearah yang benar. Dalam melakukan reshape, dapat ditambahkan titik-titik digitasi baru dengan cara klik icon add node dan arahkan mouse ke tempat yang diinginkan, ini untuk mempermudah proses reshape.
Untuk merubah tampilan garis, polygon, simbol, text dll, dapat dilakukan dengan klik icon style.
Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mentransfer dari perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
Secara garis besar ada 3 macam data dalam SIG yaitu:
1. Data Grafis
Data grafis terbagi lagi menjadi (1) data raster adalah semua data digital yang didapatkan dari hasil scanning dan belum dalam format vector, (2) data digital adalah data yang didapat dari hasil digitasi yang telah dilengkapi dengan teks dan data-data atribut lainnya.
2. Data Tabular
Data tabular adalah data-data selain data grafis, yang berupa data pendukung berupa teks, angka, simbol dan lain-lainnya.
3. Data Vektor
Data vektor adalah data-data digital yang telah memiliki referensi koordinat x dan y dan telah dilengkapi dengan data atau informasi objek.
4. Manajemen
Suatu pekerjaan SIG akan berhasil jika di kelola dan di-manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.